Tak terasa sudah setahun saya, ibu, aa dan teteh ditinggalkan bapak pergi menghadap Illahi Rabbi. Satu kenyataan yang tak mudah kami hadapi.
Dulu bapak pergi 7 hari setelah hari Raya Idul Fitri, sekarang di pagi ini pagi terakhir di bulan Ramadhan dimana besok menjelang hari raya hari di mana biasanya kami selalu berkumpul bersama :|
Bagi saya pribadi, kepergian bapak tahun lalu begitu cepat, amat mendadak malah.
Sedang berobat jalan ke rumah sakit buat memulihkan kondisinya sebagai persiapan menghadapi Operasi hernia yang sedang dideritanya, saya masih ingat betul bapak bolak-balik masuk rumah sakit selalu berdua bersama saya, hingga bapak menghadap Allah pas di hari ketujuh setelah Idul Fitri saat bapak ikut menghadiri acara pindahan keluarga pengantin salah seorang saudara.
Serangan jantung yang diderita bapak sebelum wafat adalah yang kedua.
Sebelumnya tahun 2002 bapak mendapat serangan jantung berat dan dulu sempat dirawat di rumah sakit di kota Cirebon
Secara fisik sakit bapak tak kelihatan. Serangan jantung itu datang tak diduga datang secara tiba-tiba dan membuat setengah bagian dadanya sakit yang sangat. Jika serangan itu datang, yang ada dalam benak ku adalah bisa menggantikan rasa sakit yang dideritanya. Tapi itu tak pernah terjadi hingga bapak menutup mata di hari Minggu untuk selamanya, bapaaak
Banyak yang sudah bapak lakukan bagi kami, anak-cucunya. Tapi teramat sedikit yang telah saya lakukan sebagai anak kepada bapak. Rasanya belum tuntas bakti ini saya berikan pada bapak yang
sudah merawat, membesarkan dan memberikan pendidikan pada saya dan kakak-kakak. Bersama ibu, keduanya menjadi tim tangguh yang mampu membalikkan hal yang mustahil menjadi mungkin. Dengan penghasilan yang tak seberapa besar, kami hidup sederhana sejak kecil saya dirangsang meraih yang terbaik di dunia pendidikan, dididik menjadi anak yang baik. Dan jalan selalu terbuka manakala ada kerja keras dan tekad yang kuat, dari kami dan juga kedua orang tua.
Kepergian bapak adalah sebuah kehilangan besar bagi saya. Sulit menjelaskan seberapa besar dan seberapa dalam rasa kehilangan itu.
Logika berfikir saya sudah saya setel sedemikian rupa untuk menerima kepergian ini. Namun, ada rasa yang tak bisa diungkapkan, yang tak mampu menerima semua itu dengan mudah.
Entah sudah berapa banyak air mata ini mengalir tiba-tiba tanpa saya kehendaki ketika saya menyendiri
Saya biarkan saja air mata ini mengalir, karena mungkin dengan itu saya menjalani penyembuhan menerima kehilangan itu.
Di luar itu, saya percaya do’a adalah obat penyembuh paling mujarab. Do’a kami semua untukmu Bapak. Bapak memang berpulang, tapi bapak tidak pergi, bapak ada di hati kami masing-masing.
Semoga bapak diterima iman islamnya, bantu doanya ya!! :-) :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar